Alhamdulillah, alhamdulillahi rabbil alamin.
Tidak ada satu pagi pun yang saya lewati tanpa merasa takjub, mendapati keajaiban tumbuh dalam tubuh saya. Perut saya yang kecil dan tipis - bahkan saya sendiri kerap menilainya ringkih - kini menopang massa sedikitnya tujuh kilogram setiap saat. Ototnya merenggang, nadi melebar, kulit menipis.
Ada tarian mungil dari dalam yang selalu mengingatkan: saya tidak sendirian. Entah itu di rumah, di jalan, bahkan di kamar mandi. Di subuh, di senja, atau di pukul dua malam. Kadang ia menggeliat kuat, pun sering menendang dan memukul aktif kala saya berbincang dengan bapaknya. Sepertinya tidak mau ketinggalan cerita.
Ia, adalah puisi kasih sayang yang dikirimkan Tuhan. Membacanya adalah menghirup kembali kehidupan, teka-teki, dan makna. Huruf-hurufnya kelak tumbuh menjadi cerita baru setiap harinya - kadang cerah kadang suram, tapi - apapun itu, ia adalah rekan setim kami di dunia dan setelahnya.
Selalulah sehat dan kuat dalam jalanmu menemui kami pada waktunya, Nak. Kami menunggumu dengan harap terluas kami, doa terdalam kami.
Kami mencintamu.
|
The man in front of the sea and his coming soon child :') |