Kamu bicara tentang luka,
aku memeluk redup
Di mana kita, asa berbuih melenyap senyap
Cerita kita di telepon, di kafe, di mobil, di kerumunan pedagang pasar
kudengar semua hingga lelap
Tapi selalu ada yang tak kamu cerita
selalu ada yang tak kudengar
dari ribut-ribut sepanjang silsilah
pun doa yang kamu bisikkan pelan.
Di sini, dalam lima menit sisa waktu menulismu
Tak apa, biar tangis selimuti dingin-dingin, dalam sela yang bukan sejarah
bukan juga masa depan.
Aku sahabatmu. Selalu.