Rabu, 17 Oktober 2012

Klub Anti Hujan


Entah kapan aku bisa mencintai hujan. Lima belas menit yang lalu, usai pertemuan denganmu, hujan tiba-tiba mendera di tengah perjalanan. Bencinya aku minta ampun. Mereka berhasil membungkus kenangan tentangmu, yang baru saja berlalu. Sialnya, entah kapan lagi waktumu bisa kunikmati. Ribuan kutukan pun kukirimkan pada titik-titik yang membuatku setengah mati merindukan beberapa menit yang lalu itu. Mengapa mereka tak bisa berkompromi?

Entah sejak kapan aku mulai membenci hujan. Sejak lahir, mungkin, ya. Beberapa alasan yang cukup logis tepatnya seperti ini:

  1. Mereka layaknya kelompok penyanyi yang punya terlalu banyak penggemar. Semenit yang lalu, notifikasi media sosialku dipenuhi oleh pemujaan terhadapnya!
  2. Mereka kadang sembunyi terlalu lama di balik mendung, hanya agar dirindukan. Aku tahu trik itu.
  3. Mereka punya semacam hipnotis memabukkan. Lebih parah dari alkohol.
  4. Mereka juga punya rol-rol film masa lalu kita, lalu mereka proyeksikan seenaknya saat menyentuh tanah. 

Selain itu, aku sungguh dirugikan. Semua topengku, yang jerih payah kuukir, meluntur mudah dengan gravitasinya.


Entah kapan aku bisa mencintai hujan. Mungkin nanti, ketika mereka telah membuat kesepakatan denganmu, untuk selalu datang bersamaan. Semua bisa butuh penawar, kan?

Minggu, 14 Oktober 2012

Fades


Just when you thought I gave you heart,
you ruined it

Sabtu, 13 Oktober 2012

Bahasa

Entah bagaimana membahasakan ini
kamu pun pasti tak setuju ini dibahasakan
hingga ribuan halaman kamus tersara-bara
pun tak kamu temukan bahasa yang tepat

di sini, waktu berhenti
kamu menikmati kini
aku menikmati segala nanti yang tak terdeteksi

Maka bagaimana jika
kita membuat kamus, kata, bahasa sendiri?
Perlahan menyusun dari A,
atau huruf apapun yang kamu suka

Untuk itu, mari segera bertemu.
Hm... Malam nanti?

Selasa, 09 Oktober 2012

A Monochrome Prologue



It was Saturday night. John and I were going to ride.
We talked about many things. Maybe everything.

John was so scared. He was afraid of the unknowns. Just like a child afraid of nightmares. He couldn't touch it, nor see it. But somehow, he could feel it. Cold into his bones. Sharp needles through his brain.
He was broken and frozen.

John looked out over the window. Nothing changed; the sky, trees, and several thunderbolts. He closed his eyes deeply, deeper. Ran to the kitchen, said this repeatedly over and over:

"Est omnia illusio! Est omnia illusio!"

I said, John, I would go.He said, I know. And I said, you could go with me. He said, no, I'd rather stay.

He is late, late, I know. But I can feel him in my hereafter. I kiss him while he's dying - and me, myself, is reborn.



Born to kill the pasts: us.