Rabu, 29 September 2021

Inner\child

I miss you, Mama. 
I miss you, Papa.

I miss being a kid. 
That kid, long time ago
who lived with both of her parents
Went to school,
took a nap, 
played with dolls, 
and homework seemed to be the only problem


Or, just seeing her both parents
watched the tv
with no — no at all — wound in her heart


I really miss you both
I hug my kids but I guess
I'm the kid who wants your hugs the most

Mama, Papa, 
thank you for being my parents
may Allahﷻ always save you :'.



AMQ-MKS-KDI


Minggu, 26 September 2021

Sandar*

Pukul dua malam. 

Kau duduk sendiri,
mengetuk nyeri
mengabai dzikir perisai diri

"Aku takut," batinmu, sambil
menyembunyikan pisau ke
bawah air

Oh, betapa bersandarnya kau pada makhluk!

Lalu,

Rasa amanmu pulang,
lelap kau dalam tenang
hingga ketika risaumu hilang, 

hah! 

diremuknya asamu dalam tangannya
luluh lebur dalam sisa sangka
siapa yang duga? 

"Jangan pura-pura lupa.
Kau selalu tahu, memutuskan bertopang
pada makhluk
adalah menggali perangkap
kecewamu sendiri."

Dalam dua malam kau menelan ketakutan,
Ia melindungimu.
Dua hari kau merebah pada aman,
dia menyakitimu. 

_____

*Jangan tertipu lagi, diri. 
Sungguh kau mengenal Rabb-mu yang Maha Pelindung.
Hasbiyallah wani'mal wakil."



Sabtu, 11 September 2021

Obituari Jum'at

Pagi itu saya terhenyak. Beberapa menit sebelumnya, mama menelpon dalam tangis. 
"Nenekmu jatuh tadi subuh, lalu terkena stroke. Sampai sekarang belum sadar."

Tak lama kemudian, sebuah pesan dari papa pun mengabarkan demikian. 

Innalillah

Usia nenek memang sudah cukup tua. Tapi, dengan segala penyakit usia yang melekat, ia cukup sehat. Beberapa waktu lalu masih sempat saling menatap via panggilan video dengan anak-anak. Biidznillah

"Tidak dibawa ke rumah sakit, Pa?" tanyaku pada papa melalui telepon. 

"Perawat dan alatnya yang dibawa ke sini, Nak. Kalau ke rumah sakit harus swab dulu, khawatir kami tidak boleh merawat lagi."

Sungguh, tidak tertolak lagi bahwa pandemi ini adalah masa-masa yang sulit bagi setiap orang. Nenek, terkena stroke, tidak bisa langsung menjalani perawatan di Rumah Sakit. Harus melalui serangkaian tes dulu, meski kondisinya gawat. Begitu pun keluarga yang ingin menjaga. Hanya boleh satu orang, dipastikan bebas virus, baru boleh jadi pendamping. 

Sepanjang hari saya berharap ada perubahan pada kondisi nenek. Semoga membaik. Semoga lekas sadar. Semoga Allahﷻ menolong dan memudahkan. 

Jum'at. Hari mustajab untuk berdo'a. Setelah Ashar, pada Rabb yang Maha Pengampun, segala hajat tercurah. Agar kesembuhan nenek dimudahkan jika Allahﷻ masih merahmati dengan umur. Agar nenek terlepas dari sakit dan kesulitan jika Allahﷻ telah menulis ajal. 

Setelah Isya', telepon saya berdering lagi. Kali ini dari tante. "Mohon do'akan nenek, Nak. Ia sudah tiada."

"Innalillahi wa inna ilaihi raji'un."

Saya tidak bisa membendung air mata. Berbagai memori muncul di kepala saya: cara nenek berdzikir setelah shalat, bagaimana ia memberi uang jajan setiap mampir ke rumah, pesan-pesan yang ia haturkan dengan suara kecil, dan semua kebaikan yang tidak terhitung. 

Nenek dan papa di Kendari. Mama di Makassar. Saya di Ambon. Tidak melihat nenek untuk terakhir kalinya tentu menjadi kesedihan mendalam. 

Namun, kematian mengetuk hati dengan berbagai cara. Ada yang menangis karena takut pada rindu. Tidak bisa bertemu lagi, berpeluk lagi, saling bercanda lagi. Ada yang menangis karena belum sempat saling maaf, atau ada janji yang belum tertunaikan. 

Di sisi lain, ada yang menangis karena menyadari: waktu yang diberikan Allahﷻ untuk orang tersayangnya telah habis. Ia kini harus berhadapan dengan alam kubur, menjawab pertanyaan malaikat, menyisakan do'a yang terus berdesakan ke langit pada Yang Maha Pengampun. 

Innalillahi wa inna ilaihi raji'un.
Allahummaghfirlaha, warhamha, wa'afiha, wa'fu'anha. 
Nenek Johar ❤.