Senin, 03 Juni 2019

Bahagia?


Apa itu 'bahagia'? 
Kalau pertanyaan ini dilontarkan oleh abegeh yang sedang mencari jati diri, kita mungkin akan tertawa sembari memaklumi. 
Tapi ternyata, tak sedikit yang telah hidup puluhan tahun dengan ribuan pengalaman dan khatam memahami diri, masih mendapati 'bahagia' itu rancu. 

Ada yang berangan akan bahagia jika memiliki rumah sendiri, ternyata tidak. 
Ada yang berekspektasi akan bahagia saat menggenggam karir impian, ternyata berujung kecewa. 
Bahkan ada yang memastikan diri akan bahagia jika hidup dengan pujaan jiwa, ternyata nihil. 

Bagaimana bisa? 
Oh, ternyata. Sedekat-dekatnya kita pada hati sendiri, tetap bukan kita pemiliknya. 

'Bahagia' versi manusia takkan pernah terpenuhi - kecuali - qana'ah menyusupi hati. Perlahan mengisi, memenuhi, dan mengikis hawa nafsu yang tadinya tamak dan tak pernah puas. Qana'ah mengganti hati yang katarak karena keluhan-keluhan, dengan kejernihan bernama syukur. 

Dengan seizin-Nya.


Carilah bahagia dalam tenang, pada Rabbmu. 


"Ghina’ bukanlah dengan banyaknya harta (atau kemewahan dunia). Namun ghina’ adalah hati yang selalu merasa cukup.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

"Wahai Dzat Yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agamaMu." 
(HR. Tirmidzi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar